Rumus paling sederhana dalam dunia pengolahan emas dan perak adalah 1 + 1 = 100 dan 100 + 100 = 1

Kamis, 03 November 2016

Emas Dari Sampah Elektronik

Sampah elektronik bukanlah sekedar sampah. Disamping berbahaya, ternyata kita bisa mendulang emas dari sampah elektronik jika pintar mengolahnya. Emas sering kali digunakan untuk melapisi bagian-bagian tertentu dari komponen elektronika seperti prosesor, harddisk, ram, motherboard, atau mainboard, PCBhandphone, PCB komputer, IntegratedCircuit (IC), kartu cip handphone, dan sebagainya.
Komponen-komponen tersebut harus dilapisi emas karena hanya emaslah yang mampu menghantarkan arus listrik nyaris tanpa hambatan atau disebut juga zero resistensi. Oleh karena itu, banyak juga orang-orang yang berusaha "mendulang" emas dari sampah-sampah elektonik yang ada. Salah satunya Adi Kristyo Permadi. Dia bahkan mengajarkan kepada banyak orang tentang bagaimana cara pengambilan emas dan perak dari sampah elektronik hingga proses pemurniannya melalui e-book yang dibuatnya.
Menurut dia, kita harus memanfaatkan sampah atau limbah di sekitar kita, termasuk limbah elektronik atau electronic waste (e-waste), sebagai peluang bisnis maupun usaha. "Di dalam limbah elektronik banyak sekali terdapat logam yang mempunyai nilai ekonomis, selain ada kandungan emasnya, kandungan perak dan tembaga juga bisa didapatkan.
Kalau e-waste di Indonesia saya rasa mempunyai potensi yang bagus seiring dengan perkembangan zaman yang saat ini banyak sekali produk-produk elektronik yang berganti-ganti, dan masyarakat kita pun cenderung gonta-ganti peralatan elektronik apabila ada produk yang baru," ungkapnya kepada "PR", Senin (8/4).
Ia pun pernah mendapat informasi dari seseorang di luar pulau Jawa, kalau e-waste di daerah mereka malah dikirim ke luar negeri dengan harga yang sangat murah. "Bahkan banyak sekali yang bilang ke kami kalau limbah e-waste di daerah luar Jawa itu sangat banyak dan tidak ada yang mengelola," tuturnya menambahkan. Adi menyayangkan e-waste yang disia-siakan tersebut. Padahal dari e-waste kita bisa mendulang emas yang sangat banyak.
Jangankan barang elektronik besar, dari kartu telefon seluler atau kartu SIM yang sudah tak terpakai pun, kita bisa mendulang emas, karena kartu SIM tersebut juga mengandung logam emas. "Memang banyak yang tidak tahu kalau kartu telefon seluler yang kita gunakan sehari-hari mengandung emas. Percaya atau tidak, saat ini sebuah perusahaan di Singapura sudah mulai menjadi anggota laskar mandiri, julukan keren untuk pemulung, untuk mengambil telefon seluler tua dan kartu SIM dalam handphone yang biasanya dibuang begitu saja," ujarnya menjelaskan.
Dari jutaan kartu SIM dan ribuan telefon seluler yang dikumpulkan, menurut Adi, mereka bisa mendulang kiloan emas murni dan puluhan bahkan ratusan kilogram tembaga, perak, timah, dan beberapa logam lainnya "Anda pengguna telefon seluler yang suka gonta-ganti kartu SIM untuk mencari tarif yang murah, lalu begitu pulsa habis membuang kartu itu begitu saja? Coba pikir-pikir lagi, di dalam kartu itu ternyata ada emasnya.
Telefon seluler bekas yang karena sudah tua dan tidak laku dijual pun mengandung emas, tembaga, dan perak," ungkap Adi lagi. Jika berhasil mengumpulkan 1 juta kartu SIM bekas, menurut dia, maka bisa didapatkan 1 kg emas mumi. "Yokohama Metal Co Ltd., perusahaan pemulung di Jepang, temyata mampu menemukan fakta bahwa kartu SIM dan telefon seluler bekas merupakan tambang emas yang benar-benar hebat.
Jika dari satu ton material yang diambil di penambangan emas konvensional hanya didapat 5 gram emas, maka dari satu ton telefon seluler bekas yang dilebur bisa dapat 30 kali lipat atau 150 gram emas," ujar Adi. Ia pun mengatakan bahwa Indonesia memiliki beberapa operator telekomunikasi besar yang memasok jutaan kartu SIM baru setiap bulan. Itu pun membuka peluang lebih besar untuk mendulang emas dari kartu SIM.
"Kita mulai dari Telkomsel. Tahun ini pelanggannya sudah mencapai 52 juta. Dengan rata-rata pertumbuhan pelanggan 30 persen per tahun, Telkomsel membutuhkan 200 hingga 300 persen kartu SIM dari jumlah pelanggan aktualnya. Untuk mendapat pertumbuhan pelanggan 1,5 juta per bulan, Telkomsel harus menjual 12. juta kartu perdana. Ini berarti, dari Telkomsel saja, ada 10,5 juta kartu SINI yang dibuang begitu saja kalau pulsanya habis. Belum operator lainnya," tutur Adi. Jika total satu bulan bisa terkumpul 25 juta "kartu mati" dari semua operator dengan berat masing-masing kartu 2 gram, maka akan didapat 50 ton "kartu mati".
Jika itu semua berhasil dikumpulkan, maka akan didapat sekitar 25 kilogram emas dan loo kg tembaga per bulan. Lalu untuk telefon seluler, dengan meleburkan 10.000 telefon seluler bekas dengan berat 1 ton (jika diasumsikan rata-rata per unit beratnya 100 gram), maka akan didapat iso gram emas, 3 kg perak„ dan loo kg tembaga. "Jika mengikuti harga emas dunia yang Rp 300.000 per gram, maka dari kartu SIM dan RUIM bekas saja bisa didulang sedikitnya Rp 7,5 miliar per bulan," ungkap Adi. la dan kawan-kawan sendiri sudah melakukan pengolahan emas, perak, dan tembaga dari e-waste selama kurang lebih tujuh tahun.
"Tapi tentu saja sudah banyak yang melakukannya sebelum kami. Untuk omzet, kami mungkin masih sedikit. Antara Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per bulan, masih kalah dengan rekan-rekan kami yang lainnya yang sudah lebih dari Rp 50 juta per bulan dari pengolahan e-waste tersebut, dia pun sudah pemain lama pada skala rumahan," ucap Adi menambahkan. Dalam sistem pengolahan emas, proses pemumian logam sangatlah penting dilakukan. Logam emas yang masih tercampur dengan logam lainnya, baik perak maupun tembaga, dipisahkan melalui sistem culdm sehingga dihasilkan kandungan kemurnian logam yang iinggi atau logam emas kadar 99,99 persen.
Adi menjelaskan, pemurnian emas dengan cara cukim merupakan upaya pemurnian logam emas dari logam lainnya yang dilakukan dengan sangat sederhana, yakni dengan hanya menggunakan kimia asam nitrat (HNO3), dan cukup menggunakan alat yang sederhana berupa panci stainlees steel ataupun gelas phirex sebagai wadahnya. "Untuk semua pengolahan logam memang berbahaya, karena berhubungan dengan bahan kimia. Namun, kita juga mesti mempunyai pengaman bagi diri kita dan lingkungan. Dalam pemrosesan kita juga harus menggunakan pelindung, seperti masker, dan sarung tangan. Biasanya limbah yang kita olah, kita masuldwn kedalam bakplastik yang tertutup, sehingga asap yang berbahaya tersebut tidak keluar ke mana-mana ketika cairan kimia dimasukkan.
Untuk limbah cairan dari pengolahan tadi juga kami gunakan ulang, jadi tidak terbuang," ucap Adi. Cara pengolahan untuk semua e-waste hampir sama. Hanya pengolahan kartu. SIM lebih mudah dan cepat, dari pada limbah elektonik lainnya, karena kartu SINI tidak memaild komponen-komponen lain. "Berbeda dengan limbah elektronik semacam telefon seluler atau komputer. Di dalam limbah tersebut banyak sekali komponen-komponen elektroniknya, yang mesti kita pilah-pilah dahulu untuk memaksimalkan hasil," tuturnya menandaskan. (Feby Syarifah)*"
sumber: Harian Pikiran Rakyat, 11 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan bijak